“Ketika Yang Manis Jadi Penyakit” Mengenal dan Mewaspadai Diabetes Tipe 2
“Ketika Yang Manis Jadi Penyakit”
Mengenal dan Mewaspadai Diabetes Tipe 2
Di tengah kemajuan zaman dan perkembangan teknologi, muncul berbagai perubahan dalam pola hidup masyarakat. Sayangnya, tidak semua perubahan itu berdampak positif. Salah satu dampak negatif yang mulai terasa adalah meningkatnya kasus penyakit kronis, terutama diabetes melitus tipe 2. Penyakit ini kini tak lagi hanya menyerang orang tua, tetapi sudah banyak ditemukan pada anak muda dan usia produktif.
Menurut data terbaru dari International Diabetes Federation (2023), lebih dari 500 juta orang dewasa di dunia menderita diabetes, dan sebagian besar merupakan penderita tipe 2. Di Indonesia sendiri, angka penderita terus meningkat setiap tahun. Gaya hidup yang tidak sehat, seperti konsumsi makanan cepat saji, minuman manis, dan kurangnya aktivitas fisik, menjadi penyebab utama. Artikel ini bertujuan memberikan pemahaman yang mudah tentang diabetes tipe 2, mulai dari penyebab, gejala, hingga langkah pencegahannya.
Diabetes tipe 2 adalah kondisi saat kadar gula dalam darah meningkat karena tubuh tidak bisa memakai insulin dengan benar. Insulin adalah hormon yang membantu glukosa dari makanan masuk ke dalam sel untuk digunakan sebagai energi. Saat insulin tidak bekerja maksimal, gula menumpuk di dalam darah.
Berbeda dari diabetes tipe 1 yang biasanya muncul sejak kecil karena kelainan sistem imun, diabetes tipe 2 sering berkembang perlahan dan erat kaitannya dengan gaya hidup sehari-hari. Jadi, jika seseorang jarang bergerak, banyak mengonsumsi gula, dan mengalami kelebihan berat badan, maka risiko terkena diabetes tipe ini jadi lebih besar.
Dulu, diabetes tipe 2 dikenal sebagai penyakit orang tua. Namun sekarang, banyak anak muda yang justru terdiagnosis lebih awal. Gaya hidup saat ini, seperti duduk terlalu lama, jarang olahraga, dan sering jajan makanan atau minuman manis, membuat risiko diabetes meningkat.
Menurut laporan Riskesdas tahun 2018, semakin banyak remaja Indonesia mengalami kelebihan berat badan (obesitas). Padahal, obesitas adalah salah satu pemicu utama resistensi insulin, yaitu kondisi saat tubuh tidak merespons insulin dengan baik.
Ditambah lagi, kurangnya informasi tentang pentingnya pola makan sehat dan olahraga membuat anak muda cenderung tidak sadar bahwa mereka sedang menuju kondisi yang disebut pra-diabetes. Ini adalah tahap awal sebelum seseorang benar-benar terkena diabetes tipe 2.
Salah satu hal yang membuat diabetes tipe 2 berbahaya adalah gejalanya yang tidak langsung terasa. Banyak orang baru menyadari ketika sudah muncul komplikasi. Berikut beberapa gejala umum yang perlu diperhatikan:
- Sering buang air kecil, terutama malam hari
- Merasa sangat haus dan lapar, meski sudah makan
- Berat badan menurun tanpa sebab jelas
- Mudah merasa lelah dan lemas
- Luka di kulit sulit sembuh
- Sering kesemutan di tangan atau kaki
- Penglihatan menjadi kabur
Jika tidak ditangani dengan baik, diabetes tipe 2 bisa menimbulkan komplikasi serius. Beberapa kondisi yang sering terjadi antara lain:
- Kerusakan ginjal, bahkan bisa berujung pada cuci darah
- Gangguan mata yang bisa menyebabkan kebutaan
- Infeksi luka yang sulit sembuh dan bisa menyebabkan amputasi
- Penyakit jantung dan stroke
- Kerusakan saraf yang menyebabkan kesemutan terus-menerus
Untuk memastikan apakah seseorang terkena diabetes, dibutuhkan pemeriksaan gula darah melalui tes laboratorium. Beberapa jenis tes yang umum dilakukan meliputi:
- Gula darah puasa: jika hasilnya ≥126 mg/dL
- Gula darah 2 jam setelah makan: ≥200 mg/dL
- HbA1c (rata-rata gula darah 3 bulan terakhir): ≥6,5%
Kabar baiknya, diabetes tipe 2 bisa dicegah bahkan dikendalikan dengan perubahan gaya hidup sederhana, seperti:
1. Pola Makan Sehat
Kurangi makanan yang tinggi gula dan lemak. Perbanyak konsumsi sayur, buah, dan biji-bijian utuh. Hindari minuman manis berlebihan seperti soda, teh manis, atau kopi dengan banyak gula.
2. Aktivitas Fisik Rutin
Lakukan olahraga ringan seperti berjalan kaki, bersepeda, atau senam minimal 30 menit sehari. Aktivitas ini membantu tubuh menggunakan insulin dengan lebih efektif.
3. Pantau Kadar Gula
Bagi yang memiliki riwayat keluarga dengan diabetes, rutin cek gula darah sangat penting. Pemeriksaan sederhana bisa dilakukan di puskesmas atau laboratorium kesehatan.
4. Tidur yang Cukup dan Kurangi Stres
Kurang tidur dan stres bisa meningkatkan kadar gula darah. Cobalah teknik relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam, atau aktivitas menyenangkan lainnya.
5. Berhenti Merokok dan Kurangi Alkohol
Merokok dan konsumsi alkohol bisa memperburuk kondisi penderita diabetes dan mempercepat terjadinya komplikasi.
Mencegah diabetes tidak bisa dilakukan sendiri. Perlu dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar. Orang tua, guru, atau teman sebaya bisa berperan dalam mengingatkan pentingnya pola hidup sehat.
Selain itu, kampanye kesehatan oleh pemerintah seperti GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) juga perlu digalakkan di sekolah, kampus, dan tempat kerja agar kesadaran akan bahaya diabetes semakin meningkat.
Diabetes Melitus Tipe 2 bukan hanya penyakit orang tua. Kini, generasi muda juga berisiko terkena karena pola hidup yang tidak sehat. Gejala awal sering kali tidak terasa, namun jika dibiarkan bisa berakibat fatal.
Melalui pola makan sehat, rajin bergerak, dan pemeriksaan rutin, kita semua bisa mencegah penyakit ini. Kesadaran dan edukasi adalah kunci utama. Mari mulai dari diri sendiri, dan jadikan hidup sehat sebagai kebiasaan.
# Studi Kasus Nyata dan Data Statistik
Kasus diabetes tipe 2 di kalangan usia muda bukan lagi hal yang jarang ditemukan. Sebuah studi yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2021 melalui program Posbindu menyebutkan bahwa 1 dari 4 orang berusia 15–35 tahun di kota-kota besar Indonesia menunjukkan kadar gula darah di atas normal. Bahkan di DKI Jakarta, ditemukan bahwa sekitar 28% remaja usia SMA mengalami gejala awal diabetes, seperti kelebihan berat badan dan gangguan metabolik. Data ini selaras dengan laporan Riskesdas 2018 yang menunjukkan bahwa prevalensi diabetes melonjak dari 6,9% menjadi 10,9% dalam rentang kurang dari satu dekade.
Salah satu contoh nyata terjadi di Kota Surabaya pada tahun 2022, di mana seorang mahasiswa berusia 20 tahun mengalami luka yang sulit sembuh di kakinya. Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium, kadar gula darahnya mencapai 287 mg/dL. Ternyata, mahasiswa tersebut mengaku sering mengonsumsi minuman manis seperti es teh manis dan boba hingga 3 kali sehari. Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan sepele yang sering dianggap biasa dapat berdampak besar terhadap kesehatan.
# Kebiasaan Minum Es Teh Manis di Kalangan Remaja
Di Indonesia, kebiasaan minum es teh manis sudah sangat melekat dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari warung makan, kantin kampus, hingga restoran cepat saji. Remaja dan mahasiswa sering kali menjadikan es teh manis sebagai pelengkap makan siang atau sekadar pelepas dahaga. Padahal, satu gelas es teh manis rata-rata mengandung 6–10 sendok teh gula. Bila dikonsumsi setiap hari tanpa disadari, ini akan menyebabkan akumulasi asupan gula yang berlebihan.
Menurut rekomendasi WHO, konsumsi gula tambahan sebaiknya dibatasi maksimal 25 gram per hari (sekitar 6 sendok teh). Namun faktanya, rata-rata konsumsi gula harian remaja Indonesia dapat mencapai lebih dari 50 gram. Jika tidak dikendalikan, kebiasaan ini akan memperbesar risiko diabetes tipe 2 di usia muda.
#Tips Praktis untuk Mencegah Diabetes dan Mengurangi Konsumsi Gula
1. **Kurangi Minuman Manis Secara Bertahap**:
Jika kamu terbiasa minum es teh setiap hari, cobalah mulai mengurangi frekuensinya menjadi dua kali seminggu. Gantilah dengan air putih, teh tawar, atau infus water (air putih yang dicampur buah segar).
2. **Baca Label Gizi pada Kemasan**:
Perhatikan jumlah gula yang tertera pada minuman atau makanan kemasan. Hindari produk dengan gula lebih dari 10 gram per sajian.
3. **Pilih Camilan Sehat**:
Ganti kue manis, biskuit, atau donat dengan buah segar, kacang-kacangan, atau yoghurt tanpa tambahan gula.
4. **Rutin Bergerak**:
Lakukan olahraga ringan seperti jalan kaki 30 menit setiap hari. Aktivitas ini membantu tubuh membakar kelebihan gula dan meningkatkan kerja insulin.
5. **Edukasi Diri dan Orang Terdekat**:
Bagikan informasi ini kepada teman dan keluarga agar bersama-sama membangun kebiasaan hidup sehat.
6. **Batasi Gula Tambahan Saat Membuat Minuman Sendiri**:
Saat membuat teh atau kopi, usahakan untuk menggunakan setengah dari jumlah gula yang biasa digunakan.
Dengan meningkatnya kasus diabetes di usia muda, penting bagi kita untuk lebih peduli terhadap apa yang kita konsumsi. Minuman seperti es teh manis yang terlihat sederhana ternyata dapat menjadi 'bom waktu' bagi kesehatan jika tidak dikendalikan. Oleh karena itu, langkah-langkah pencegahan harus dimulai sekarang juga, terutama dari perubahan kebiasaan kecil yang dilakukan setiap hari.
Kesehatan adalah investasi jangka panjang. Menjaga pola makan, rutin bergerak, serta mengurangi konsumsi gula tidak hanya mencegah diabetes, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Ayo ubah kebiasaan mulai hari ini, demi masa depan yang lebih sehat.
Referensi :
American Diabetes Association. (2022). Standards of Medical Care in Diabetes—2022. Diabetes Care, 45(Supplement_1), S1–S264.
https://doi.org/10.2337/dc22-S001
Fitriani, R., & Widyastuti, A. (2022). Hubungan Konsumsi Minuman Manis dengan Risiko Diabetes pada Remaja. Jurnal Gizi Indonesia, 11(1), 22–29.
https://doi.org/10.31227/osf.io/6j9fz
International Diabetes Federation. (2023). IDF Diabetes Atlas (10th ed.). Brussels, Belgium: IDF.
https://diabetesatlas.org
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI.
https://pusdatin.kemkes.go.id
Rachmi, C. N., Li, M., & Baur, L. A. (2021). Overweight and obesity in Indonesia: Prevalence and risk factors—a literature review. Public Health, 194, 70–81.
https://doi.org/10.1016/j.puhe.2021.03.003
Suastika, K., & Dwipayana, P. (2021). Diabetes Melitus Tipe 2: Tantangan Diagnosis dan Tata Laksana. MKB Journal, 53(2), 93–100.
https://doi.org/10.15395/mkb.v53n2.2057
World Health Organization (WHO). (2021). Diabetes. Retrieved from
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/diabetes
Komentar
Posting Komentar