Kenali Gejala, Risiko, dan Cara Pencegahan Campak
Kenali Gejala, Risiko, dan Cara Pencegahan Campak
Campak merupakan penyakit infeksi disebabkan oleh virus campak dan sangat menular. Virus campak merupakan spesies virus RNA berantai tunggal negatif, berselubung, tidak bersegmen, termasuk dalam genus Morbillivirus di famili Paramyxoviridae. Penyakit campak di Indonesia menjadi masalah kesehatan yang harus ditangani karena kasusnya masih tinggi dan masih terdapat kejadian luar biasa (KLB). Virus campak menular melalui droplet atau partikel aerosol yang pada awalnya menginfeksi limfosit, sel dendritik, dan makrofag alveolar di saluran pernapasan. Masa penularan campak yaitu 4 hari sebelum ruam sampai 4 hari setelah munculnya ruam. Gejala pada campak diawali dengan demam tinggi, pilek, batuk, kehilangan nafsu makan, dan konjungtivitis.
Faktor risiko utama campak
Tidak mendapatkan imunisasi atau belum pernah terinfeksi sebelumnya. Anak-anak usia di bawah lima tahun, terutama yang memiliki status gizi buruk atau sistem imun yang lemah (misalnya akibat HIV/AIDS), sangat rentan terhadap komplikasi serius dari campak. Selain itu, tinggal di daerah dengan cakupan vaksinasi rendah meningkatkan risiko penyebaran wabah secara signifikan.
Pencegahan campak
Yang paling efektif adalah melalui vaksinasi, terutama dengan vaksin kombinasi MMR (Measles, Mumps, Rubella) yang biasanya diberikan dalam dua dosis. Vaksinasi tidak hanya melindungi individu, tetapi juga membentuk kekebalan kelompok (herd immunity) yang dapat menekan penularan penyakit secara luas. Pencegahan tambahan mencakup peningkatan nutrisi, edukasi masyarakat tentang pentingnya imunisasi, dan surveilans epidemiologis yang baik untuk deteksi dini kasus. Pada situasi wabah, vaksinasi massal dapat menjadi langkah cepat untuk membatasi penyebaran virus.
Pengobatan campak
Bersifat suportif karena hingga saat ini belum ada obat antivirus khusus untuk mengatasi infeksi virus campak. Penanganan bertujuan untuk meredakan gejala dan mencegah komplikasi. Terapi umum mencakup pemberian cairan untuk mencegah dehidrasi, antipiretik seperti parasetamol untuk menurunkan demam, serta suplementasi vitamin A, yang terbukti dapat mengurangi tingkat keparahan dan kematian akibat campak, terutama pada anak-anak. Antibiotik dapat diberikan bila terjadi infeksi sekunder seperti pneumonia atau otitis media. Pasien dianjurkan untuk beristirahat cukup dan menghindari kontak dengan orang lain untuk mencegah penularan.
Azis, A., & Ramadhani, N. R. (2019). Hubungan status imunisasi, umur dan jenis kelamin
terhadap penyakit campak di Kota Tangerang Selatan tahun 2018. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 18(2), 37-41.
Kementerian Kesehatan RI. (2022). Petunjuk Teknis Imunisasi Rutin. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
Yahmal, P. (2021). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian campak. Jurnal Medika
Hutama, 3(01 Oktober), 1612-1615.
Komentar
Posting Komentar