Fenomena Mager dan Kaitannya dengan Risiko Obesitas Dini

Fenomena Mager dan Kaitannya dengan Risiko Obesitas Dini



Istilah mager (malas gerak) semakin populer di kalangan anak muda dan erat kaitannya dengan fenomena gaya hidup sedentari. Menurut Guthold et al. (2020), sekitar 80% remaja di dunia tidak memenuhi rekomendasi aktivitas fisik minimal setiap harinya. Di Indonesia, Riskesdas (2018) melaporkan bahwa proporsi masyarakat dengan aktivitas fisik kurang meningkat dibandingkan tahun 2013, dan data terbaru Survei Kesehatan Indonesia (2023) menunjukkan tren serupa pada kelompok remaja.

Perilaku sedentari menyebabkan penurunan pengeluaran energi tubuh. Bull et al. (2020) menegaskan bahwa kurang aktivitas fisik dan tingginya waktu duduk berhubungan dengan peningkatan risiko obesitas dan penyakit metabolik sejak usia muda. Studi Chen et al. (2025) menunjukkan bahwa kombinasi tidur yang singkat, perilaku sedentari, dan rendahnya aktivitas fisik secara signifikan meningkatkan risiko kelebihan berat badan pada pelajar.

Di Indonesia, Mandriyarini, Sulchan, dan Nissa (2017) menemukan bahwa remaja SMA dengan gaya hidup sedentari ≥5 jam/hari berisiko hampir tiga kali lipat mengalami obesitas dibandingkan mereka yang lebih aktif. Penelitian Azzahra (2023) juga menunjukkan adanya hubungan bermakna antara aktivitas sedentari dengan status gizi lebih pada siswa SMA di Tangerang. Temuan serupa dilaporkan oleh Sambo et al. (2023) yang menemukan hubungan signifikan antara gaya hidup sedentari dan obesitas pada remaja selama pandemi.

Faktor utama yang mendorong perilaku mager adalah penggunaan gawai dan media sosial secara berlebihan. Rakhman et al. (2024) menyebutkan bahwa penggunaan gadget yang tinggi berkorelasi dengan rendahnya aktivitas fisik serta peningkatan risiko gizi lebih pada remaja. Selain itu, Chen et al. (2025) menunjukkan bahwa pola tidur yang buruk juga memperkuat kecenderungan perilaku sedentari.

Obesitas pada usia remaja dapat meningkatkan risiko penyakit metabolik seperti diabetes tipe 2, hipertensi, dan dislipidemia (Bull et al., 2020). Selain itu, obesitas dini juga berdampak negatif pada aspek psikologis, termasuk menurunnya rasa percaya diri dan meningkatnya risiko depresi (Hanifah et al., 2023).

WHO (2020) merekomendasikan anak dan remaja untuk melakukan aktivitas fisik minimal 60 menit per hari dengan intensitas sedang hingga berat, serta mengurangi waktu sedentari. Strategi lain yang dapat diterapkan di kalangan anak muda adalah challenge langkah harian, kegiatan komunitas olahraga, hingga integrasi active breaks di sekolah atau kampus (Strain et al., 2024).

Fenomena mager pada anak muda merupakan masalah kesehatan nyata yang dapat memicu obesitas dini. Bukti dari studi internasional maupun Indonesia secara konsisten menunjukkan hubungan signifikan antara gaya hidup sedentari dengan peningkatan risiko obesitas. Oleh karena itu, intervensi yang menyenangkan, praktis, dan sesuai dengan gaya hidup anak muda sangat diperlukan untuk menekan risiko sejak

 dini.

Daftar pustaka 


Bull, FC, dkk. (2020). Pedoman Organisasi Kesehatan Dunia 2020 tentang aktivitas fisik dan perilaku menetap . B.

Chen, Z., dkk. (2025). Hubungan antara tidur, perilaku menetap, dan aktivitas fisik dengan kelebihan berat badan.BMC Kesehatan Masyarakat .

Guthold, R., dkk. (2020). Tren global dalam pH yang tidak mencukupi. Itu, 4(1), 23–35.

Hanifah, L., dkk. (2023). Perilaku sedentary dan kurangnya aktivitas fisikDepan.

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Potret Kesehatan Indonesia dar. Jakarta: Kemenkes RI.

Mandriyarini, R., Sulchan, M., & Nissa, C. (2017). Gaya hidup sedentary sebagai terjadinya risiko obesitas p.Jurnal Gizi Perguruan Tinggi , 6(2), 149–156.

Rakhman, A., dkk. (2024). Hubungan antara gadJurnal Penelitian Kesehatan dan Keperawatan .

Sambo, M., dkk. (2023). Hubungan gaya hidup sedentary dengan ob. Jurnal Kesehatan.

Strain, T., dkk. (2024). Tren nasional, regional, dan global. Lancet Kesehatan Global .

Survei Kesehatan Indonesia (SKI). (2023). Laporan Nasional Survei Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI.

Organisasi Kesehatan Dunia. (2020). Pedoman WHO tentang aktivitas fisik dan perilaku menetap . Jenewa: WHO.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

KRISTAL ADA DI URINE, KOK BISA?